Monday, January 12, 2009

tumor paru

TUMOR PARU

A.DEFINISI
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar )
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. ( Hood Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich )
B.ETIOLOGI
( Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV, hal 1005 )
Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain :
1.Merokok
2.Terpapar asap rokok
3.Paparan zat karsinogen ( asbestos, radiasi ion, radon arse )
4.Polusi udara
5.Genetik

C.PATOFISIOLOGI
( Zerich 150105' weblog )
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
D.MANIFESTASI KLINIK
( Diagnosis dan Terapi Kedoktran Penyakit Dalam hal 133 )
1.Gejala Awal
Meliputi keluhan non spesifik seperti :
a.Batuk
b.Penurunan berat badan, dispnea
c.Nyeri dada
d.Hemoptitis
Gambaran klinis kanker paru
( Zulkifli Amin, Ilmu Penyakit Dalam, Ed. IV hal 1006 )
Gejala-gejala dapat bersifat :
2.Lokal ( tumor tubuh setempat ) :
a.Batuk paru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b.Hemoptitis
c.Mengi karena ada obstruksi pada jalan napas
d.Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e.Altelektasis
3.Invasi Lokal
a.Nyeri dada
b.Dispnea karena efusi pleura
c.Invasi ke perikardium
d.Sindrom vena cava superior
e.Sindrom Jorner ( facial ahlidrosis, ptosis, mitosis )
f.Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g.Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus brachialis dan saraf sim[patis servikalis.
4.Gejala Penyakit, Metastasis :
a.Pada otak, tulang, hati, adrenal
b.Limfadenopati servikal dan supra klavikula
5.Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10 % kanker paru, dengan gejala :
a.Sistemik : Penurunan berat dalam, anoreksia, demam
b.Hematologik : Leukosirtosis, anemia, hiperkoagulasi
c.Hipertrofi osteartropati
d.Neuromiopati
e.Endoktrin : Hiperkalsemia ( sekresi berlebihan hormon paratiroid )
f.Dermatologik : Eritema multiform, hiperkeratosis, jari tubuh
g.Renal : SIADH
6.Asimtomatik dengan kelainan radiologis.
a.Sering terdapat pada perokok dengan PROK / COPD yang terdeteksi secara radiologis
b.Kelainan berupa nodul soliter
E.PENATALAKSANAAN
( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
1.Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya
< 25% kasus yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup setelah 5 tahun.
Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi
2.Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit diantaranya.
3.Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri lokal
4.Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil belum jelas.
5.Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
6.Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan
F.PENGKAJIAN FOKUS
1.Demografi
Orang yang beresiko tinggi adalah wanita maupun pria yang merokok lebih dari 20 tahun yang berumur diatas 50 tahun. Jika sudah ada gejala atau tanda dari penyakit, ternyata 75% sudah tidak tidak dapat sembuh lagi dari tumor paru ganas.
2.Riwayat Kesehatan
Perokok berat dan kronis, terpajan terhadap lingkungan karsinogen, penyakit paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan perut dan fibrosis pada jaringan paru
( Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Bedah, vol. 1, hal.6 )
3.Pemeriksaan Fisik
( Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah , vol 1, hal. 6 )
Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian sistem pernapasan ( apendiks A dan survei umum ( apendiks F ) dapat menyatakan tanda dan gejala berikut tergantung pada lokasi tumor :
a.Batuk menetap ( disebabkan karena sekresi cairan yang berlebihan )
b.Mengi ( akibat penyempitan cadang bronkus oleh tumor )
c.Dispnea ( disebabkan oleh penyempitan jalan napas dan sekresi cairan yang berlebihan )
d.Hemoptitis ( disebabkan oleh erosi kapiler dijalan napas )
e.Peningkatan volume sputum dengan bau tak sedap ( disebabkan oleh akumulasi sel yang nekrosis dibelakang bagian yang obstruksif tumor )
f.Parau ( disebabkan oleh tekanan tumor terhadap saraf laring berulang )
g.Nyeri dada tumpul, yang dapat menyebar ke bahu dan punggung ( seperti pembesaran tumor ini menekan saraf dijaringan pleural )
h.Effusi pleural ( terjadi bila tumor mengganggu dinding paru )
i.Infeksi saluran pernapasan yang berulang ( retensi sel dibelakang bagian yang obstruksi merupakan predisposisi pasien terhadap infeksi )
j.Disfagia ( akiba5t tekanan tumor pada esofagus )
k.Edema daerah muka, leher dan lengan ( dapat terjadi bila tumor menyumbat aliran darah divena kara superior, kondisi yang disebut sebagai sindrom vena kava superior )
4.Pemeriksaan Penunjang
( Barbara, Engram, hal.7, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah )
Pemeriksaan Penunjang
a.Foto dada menunjukkan sisi lesi
b.Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker
c.Skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan ukuran tumor
d.Bronkoskopi dapat dilakukan untuk memperoleh sample untuk biopsi dan mengumpulkan hapusan bronkial tumor yang terjadi dicabang bronkus
e.Aspirasi dengan janim dan biopsi jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan radiologi menunjukan lesi di paru-paru perifer
f.Radionuklide scan terhadap organ-organ lain menentukan luasnya netastase ( otak, hepar tulang, limpa )
g.Mediastinoskopi menentukan apakah tumor telah metastase telah metastase ke limfe mediastinum


G.PATHWAYS






















H.DIAGNOSA KEPERAWATAN
( Doenges, Marylin, hal 191 dan Engram, Barbara ( Zerich 150105, weblog ))
1.Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial sekunder karena invasi tumor
2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru
3.Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan
( Xerich. 150105's weblog )
( Engtram, Barbara.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta : EGC )
I.INTERVENSI DAN RASIONAL
( Doenges, Marilyn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC )
Dx : Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi.
Intervensi dan Rasional
1.Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat.
Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat / obstruksi jalan napas
2.Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret. Selidiki jalan perubahan sesuai indikasi
Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna ( atau berck darah 1 berair awalnya normal dan haru menurun sesuai kemajuan penyembuhan
3.Dorong masukan cairan per oral ( sedikitnya 2500 ml / hari ) dalam toleransi jantung.
Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekreat hilang / peningkatan keluaran
4.Kaji nyeri / ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernapasan
Mendorong pasien untu bergerak, batuk lebih efektif dan napas lebih dalam untuk mencegah kegagalan napas. ( pernapsan )
5.Berikan atau bantu dengan IPPB, spirometriinsentif, meniup botol, drainase postural / perkusi sesuai indikasi.
Memperbaiki ekspansi paru / vemntilasi dan mudahkan pembuangan sekret.
Catatan : Drainase postuural dapat dikotraisdikasikan pada beberapa pasien dan pada setiap kejadian harus dilakukan untuk mencegah gangguan pernapasan dan ketidaknyamanan insisi.
6.Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi
Memberikan hidrasi maksimal membantu penghilangan / pengenceran sekret untuk meningkatkan pengeluaran




Dx : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekaran saraf oleh tumor paru
Intervensi dan Rasional
1.Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri ( P,Q,R,S,T ) misal : terus-menerus, sakit menusuk, terbakar. Buat skala nyeri 0-10 rentang intensitasnya.
Membantu dalam mengevaluasi gejala nyeri karena kanker yang dapat melibatkan visera, saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat unutk evaluasi keefektifan analgetik, meningkatkan kontrol nyeri
2.Kaji pertanyaan verbal dan non verbal nyeri pasien
Ketidak sesuaian antara petunjuk verbal atau non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi
3.Berikan tindakan kenyamanan. Misal : sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal, dorong penggunaan teknik relaksasi, misal : visualisasi, bimbingan imajinasi danaktivitas hiburan yang tepat.
Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidak nyamanan dan meningkatkan efek terapeutik analgesik
4.Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan / latihan tangan dan ambulasi
Mencegah kelemahan yang tidak perlu dan regangan insisi
Mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum pasien merasa percaya diri untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri atau takut nyeri
5.Berikan analgetik rutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan napas dalam / latihan batuk. Bantu sengan PAC atau analgesik melalui kateter epidural.
Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari “ puncak ” periode nyeri, alat dalam menyembuhkan otot dan memperbaiki fungsi pernapasan dan kenyamann / koping emosi
Dx : Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahn status kesehatan
Intervensi dan Rasional
1.Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
Pasien atau orang terdekat mendengar atau mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup
2.Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Dukungan memampukan pasien membuka / menerima kenyataan kanker dan pengobatan
3.Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi atau salh interprestasi terhadap informasi
4.Terima penyangkalan pasien tapi jangan dikuatkan
Bila penyangkalan ektrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaian
5.Catat komentar atau perilaku yang menunjukkan menerima dan atau menggunakan strategi efektif menerima situasi
Takut atau ansietas menurun, pasien mulai menerima / secara positif dengan kenyataan. Indiokator kesiapan pasien untuk menerima tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk mulai hidup lagi.

















DAFTAR PUSTAKA

Alsagaaaff, Hood. dkk. 1993. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : AirLangga University Press.
Amin, Zulkifli. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Erlangga
Davey, Patrick. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Doengoes, Marylin. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta : EGC
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I. Jakarta : EGC
www.google.com Zerich 150105's weblog.